![]() |
ilustrYASion |
Dalam rangka merealisasikan tujuan
pemerintah untuk mewujudkan pendidikan yang berkarakter bagi generasi bangsa
yang pada hakikatnya tidak lain bertujuan untuk membentuk dan menciptakan
generasi yang berkarakter atau memiliki nilai / moral yang baik menurut standar
yang sesuai dengan tujuan bangsa dan perlu diingat kembali bahwasanya hal ini
sudah jauh pada masa kenabian telah disampaikan “Dan tidaklah aku diutus di muka bumi ini kecuali untuk menyempurnakan
akhlaq” (Al-Hadits).
Dan inilah yang melatarbelakangi saya
membuat sebuah metode training yang semoga nantinya bisa bermanfaat dan
berdampak positif dilingkungan SD Negeri Kalikangkung 02 khususnya dan semoga
bisa dirasakan juga manfaatnya oleh instansi yang lain dan masyarakat luas pada
umumnya.
Metode ini saya beri nama Akhlaq Quotion (AQ)
Sebelumnya sudah akrab ditelinga kita
istilah IQ (Intellegence Quotion), EQ (Emotional Quotion), SQ (Spiritual
Quotion) dan kemudian yang terbaru ada
ESQ (Emotional and Spiritual Quotion) yang hampir-hampir akan dinisbatkan oleh sebagian besar orang bahwa metode inilah yang selama ini ditunggu untuk menjawab masalah-masalah yang hampir dianggap sudah bukan lagi suatu masalah. Namun akhirnya gugur.
ESQ (Emotional and Spiritual Quotion) yang hampir-hampir akan dinisbatkan oleh sebagian besar orang bahwa metode inilah yang selama ini ditunggu untuk menjawab masalah-masalah yang hampir dianggap sudah bukan lagi suatu masalah. Namun akhirnya gugur.
Dari semua yang telah ada sebetulnya
tujuannya sama yaitu untuk mengukur taraf kecerdasan sesuatu yang ada dalam
diri manusia dengan standarisasi yang telah ditentukan.
Mungkin ada pertanyaan apa itu Akhlaq Quotion ??
Pengertian Akhlaq
Kajian Akhlaq Tauhid. Akhlaq berarti
prilaku, sikap, perbuatan, adab dan sopan santun. Akhlaq mulia berati seluruh
prilaku umat manusia yang sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Hadist
yaitu adab sopan santun yang dicontohkan dan diajarkan Rasulullah Muhammad Shallallohu
‘Alaihi waSallam
kepada seluruh umat manusia ketika beliau masih hidup. Akhlaq beliau adalah
Al-Quran.
Akhlaq
atau adab sopan santun yang telah dicontohkan dan diajarkan Rasulullah Muhammad
SAW itu meliputi akhlak manusia kepada Allah dan Akhlaq terhadap sesama ciptaan
Allah, termasuk didalamnya akhlak terhadap diri sendiri karena diri sendiri itu
termasuk ciptaan Allah Juga, lahir dan batin.
Secara
garis besar, akhlaq mulia itu dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok yaitu:
1
|
Akhlaq
kepada Allah
|
Akhlaq
mulia kepada Allah berati mengikuti seluruh perintah yang telah disampikan
Allah kepada Rasul yang Mulia Muhammad SAW. Seluruh perintah tersebut
sudah tercatat dalam Al-Quran dan Hadist.
|
|
2
|
Akhlaq
kepada ciptaan Allah
|
Akhlaq
terhadap ciptaan Allah meliputi segala prilaku, sikap, perbuatan, adab dan
sopan santun sesama ciptaan Allah yang terdiri atas ciptaan Allah yang gaib
dan ciptaan Allah yang nyata, benda hidup dan benda mati.
|
Mengingat
sangat luasnya cakupan akhlaq ini karena menyangkut seluruh aspek kehidupan
manusia, maka secara garis besar struktur akhlaq mulia terhadap seluruh ciptaan
Allah itu dapat digambarkan seperti struktur sederhana berikut ini.
1.
Ciptaan Allah yang gaib
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2. Ciptaan Allah yang Nyata
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Walau
struktur yang disampaikan masih sangat jauh dari lengkap dan sempurna, namun
diharapkan akan bisa memberikan gambaran cakupan akhlaq mulia yang sudah
dicontohkan dan diajarkan Rasulullah Muhammad SAW
Seluruh
sikap dan perilaku serta adab sopan santun terhadap semua ciptaan Allah sudah
termuat dan tercantum dalam Al-Quran dan Hadist. Tinggal bagaimana kita bisa
mempelajarinya secara benar dan teliti serta mengamalkannya
Pembahasan
masalah Akhlaq adalah pembahasan yang sangat luas, sama luasnya dengan
seluruh asoek kehidupan manusia serta variasi – variasinya.
Secara
garis besar fungsi dan tujuan pengamalan akhlak mulia bagi umat manusia adalah
:
1. Sebagai pengamalan Syariat Islam
Sebagai pengamalan Syariat Islam. Islam
sebagai agama rahmat bagi seluruh alam semesta telah berikan tuntunan prilaku
dan etika secara sempurna, sehingga dengan niat karena Allah, pengamalan akhlaq
yang mulia itu insya Allah akan menjadi ibadah bagi umat islam yang
mengamalkanya.
2. Sebagai Identias
Sebagai Identias, Akhlaq mulia ini
diperuntukkan oleh Allah kepada manusia yang berakal budi karena dengan
tuntunan akhlaq yang mulia akan bisa membedakan antara manusia denga hewan.
3. Pengatur Tatanan Sosial
Akhlaq Mulia Sebagai Pengatur Tatanan
Sosial berarti dengan pengamalan akhlak mulia yang sudah dicontohkan oleh yang
Mulia Saydina Muhammad SAW mengukuhkan bahwa manusia sebagai makhluk sosial
tidak akan pernah bisa dan lepas dari pengaruh lingkungannya. Dengan akhlak
mulia ini tatanan sosial yang terbentuk semakin memberikan makna dan
nilai yang tidak saling merugikan.
4. Rahmat Bagi Seluruh Alam
Akhlaq Mulia Sebagai Rahmat Bagi
Seluruh Alam berarti akhlaq mulia yang diperuntukkan bagi manusia tidak hanya
mengatur tatanan hubungan manusia dengan manusia lainnya tetapi juga hubungan
antara manusia dengan makhluk – makluk lain selain manusia dan alam sekitarnya.
5. Perlindungan Diri
Akhlaq Mulia Sebagai Perlindunagn Diri berarti dengan menjalin hubungan yang baik
berdasarkan hukum dan syariat agama akan terbentuk hubungan yang saling
menghargai dan saling menguntungkan.
Dan
semoga Allah selalu membimbing kita dengan ilmu-Nya yang telah diwahyukan
kepada utusan-Nya dan kita bisa teguh istiqomah di jalan yang diridhoi-Nya dan
selalu mengajak kepada kebenaran dan melarang kepada kemaksiatan, karena diatas
prinsip inilah agama suci Islam dibangun. Dan semoga Allah mencatat ini (akhlaQUotion) sebagai amal baik yang
bernilai ibadah.
Kondisi calon generasi penerus bangsa
saat ini :
·
Ironis mungkin itu status yang paling
tepat dalam mendiagnosis keadaan moral yang terjadi pada para calon penerus
bangsa kalau tidak mau dibilang hancur luluh lantak berantakan atau mungkin
saat-saat sakaratul maut….
Miris
memang melihat kondisi generasi muda saat ini yang sebagian besar mereka telah
bergeser atau di paksakan untuk bergeser kepada westernisasi.
Yah
semua yang berbau barat rame-rame digandrungi dan diikuti secara update oleh
generasi muda saat ini
·
Tanpa melihat, berkaca apalagi berfikir
minimal patut atau tidak untuk mereka yang tidak lain adalah orang timur, yang
menjunjung tiggi nilai-nilai yang berbudi luhur tinggi. mengeluh, meratapi
apalagi hanya diam saja statis tanpa ada action atau tindakan yang minimal bisa
membuat mereka (generasi muda.red) berfikir dua kali saat mereka akan melakukan
sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai yang menjunjung tinggi dari
nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Dan syukur walhamdulillah jika kita bisa
menjadi pencerah bagi mereka. “ Dan
sebaik-baik manusia adalah yang bisa memberi manfaat untuk orang lain”.
(Al-Hadits). Karena memang terjaganya moral generasi penerus bangsa bukan
semata mata kewajiban para pendidik saja (guru) melainkan setiap elemen dari
bangsa ini dan yang paling berperan dalam pembentukan karakter mereka adalah
penjagaan dari dalam rumah mereka sendiri
yaitu tak lain adalah lingkungan keluarga inti, karena baik tidaknya
seorang anak besar kemungkinan adalah hasil dari bagaimana orang tuanya
memberikan pengajaran dan pendidikan yang pantas untuk mereka yang mana mereka
pastinya mengambil contoh / teladan dari orang-orang terdekat dan yang dianggap
terbaik bagi mereka yaitu orangtua. Karena anak belajar dari kehidupannya.
Dan sekarang bukan lagi waktunya untuk
mencari kambing hitam dalam permasalahan yang sudah kronis dan digandeng oleh
komplikasi. Basahi
tubuh dengan cucuran peluh. Saat ini, berpangku tangan bukanlah sesuatu nan
elok. Dan sekarang lah waktunya untuk memulai action kita, setidaknya dari lingkungan
terdekat kita tentunya setelah kita memperbaiki dan membekali diri kita agar
kita “pantas” untuk menyampaikan kebenaran yang lurus tentunya dengan ilmu yang
telah dibawa oleh makhluk terbaik-Nya.
Tidaklah kelembutan ada pada sesuatu
Kecuali dia akan menghiasinya … dan
Tidaklah kelembutan dicabut dari
sesuatu
Kecuali akan memperburuknya
(H.R
Muslim)
Mengenal
kebaikan lalu mengamalkannya dan mengetahui kejelekan kemudian waspada darinya
adalah jalan yang terang menuju keridhaan Allah Subhanahu wata’ala. Akan
tetapi, sebagai makhluk yang lemah tentu kita sangat membutuhkan bantuan dari
Allah Subhanahu wata’ala, Dzat Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Tanpa bimbingan dari Allah Subhanahu wata’ala niscaya kita tidak
tahu hal-hal yang bermanfaat untuk kemudian diambilnya serta tidak akan tahu
kejelekan lalu menghindar darinya. Adalah Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam berlindung kepada Allah Subhanahu wata’ala
dari empat hal yang berdampak sangat jelek baik dalam kehidupan di dunia ini,
lebih-lebih di akhirat nanti. Empat kejelekan itu seperti tersebut dalam doa
beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam,
اَللَّهُمَّ إِنِّي
أَعُوْذُبِكَ مِنْ عِلْمٍ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ تَشْبَعُ
وَمِنْ دَعْوَةٍ يُسْتَجَابُ لَهَا
“Ya
Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat,
hati yang tidak khusyuk, jiwa yang tidak merasa kenyang (puas), dan dari doa
yang tidak dikabulkan.” (HR
. Muslim no. 2722 dari Zaid bin Arqam radhiyallahu ‘anhu)
Dalam
hadits ini ada empat kejelekan yang harus kita waspadai.
1.
Ilmu yang Tidak Bermanfaat
Ketahuilah,
yang diinginkan dari ilmu adalah untuk diyakini dan diamalkan. Apabila ilmu
sebatas kliping pengetahuan yang menumpuk di benak seseorang dan tidak keluar
sebagai amal nyata dalam kehidupan sehari-hari, ini jenis ilmu yang membawa
petaka bagi pemiliknya. Kelak pada hari kiamat kaki seorang hamba tidak akan
bergeser dari sisi Rabbnya sampai ditanyai tentang beberapa perkara, di
antaranya tentang ilmunya, apa yang telah ia amalkan. Mengamalkan ilmu juga
menjadi perkara terbaik untuk menjaga ilmu tersebut agar mengakar pada kalbu.
Ada
beberapa hal yang termasuk ilmu yang tidak bermanfaat, di antaranya:
a.
Ilmu yang dicari untuk mendebati para ulama dan untuk menyombongkan diri di
hadapan orang-orang bodoh. Orang yang seperti ini tergolong orang yang bodoh
karena dia tidak tahu tujuan menimba ilmu ialah untuk menghilangkan kebodohan
dari dirinya dan beribadah kepada Allah Subhanahu wata’ala di atas
petunjuk.
b.
Menimba ilmu untuk mendapatkan kegemerlapan duniawi dan mencari popularitas.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا
مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ يَتَعَلَّمَهُ إِ لِيُصِيْبَ
بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barang
siapa mempelajari ilmu yang (seharusnya) dicari dengannya wajah Allah Subhanahu
wata’ala, (namun) ia tidaklah mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan harta
benda dunia, ia tidak akan mendapatkan bau surga pada hari kiamat.” (HR . Abu Dawud dan
dinyatakan sahih sanadnya oleh an-Nawawi)
c.
Ilmu yang tidak ditebarkan kepada orang lain, apalagi sampai menyembunyikan
ilmu dari orang yang sangat membutuhkan. Apabila ia menebarkannya lalu
diamalkan oleh orang lain, niscaya akan menjadi amal jariyah baginya. Pahalanya
terus mengalir kepadanya sekalipun ia telah mati.
d.
Ilmu yang menjurus kepada kemaksiatan dan kekufuran seperti ilmu sihir. Ilmu
seperti ini haram untuk dipelajari dan dipraktikkan.
2.
Hati yang Tidak Khusyuk
Ini
adalah jenis hati yang tidak tenteram dengan mengingat Allah Subhanahu
wata’ala. Padahal hati hanyalah dicipta untuk tunduk kepada yang
menciptakannya (Allah Subhanahu wata’ala) sehingga dada menjadi lapang
karenanya dan siap diberi cahaya petunjuk. Jika kondisi hati tidak seperti itu,
berarti ia adalah hati yang kaku dan gersang. Kita berlindung kepada Allah Subhanahu
wata’ala darinya. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
فَوَيْلٌ لِّلْقَاسِيَةِ
قُلُوبُهُم مِّن ذِكْرِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ
“Kecelakaan
yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah.
Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (az-Zumar: 22)
Kekhusyukan
hati sumbernya adalah pengetahuan yang mendalam tentang Allah Subhanahu
wata’ala dan kebesaran-Nya. Oleh karena itu, ada yang khusyuk hatinya
karena mengetahui bahwa Allah Subhanahu wata’ala dekat dengan hamba-Nya
dan mengetahui gerak-geriknya sehingga ia malu jika Allah Subhanahu
wata’ala melihatnya dalamipenentangan terhadap aturan-Nya. Ada juga
yang khusyuk karena memandang dahsyatnya hukuman Allah Subhanahu
wata’ala kepada orang yang bermaksiat kepada-Nya. Ada pula yang khusyuk
karena melihat kepada sempurnanya kekuasaan Allah Subhanahu wata’ala
dan besarnya anugerah dari- Nya yang tidak bisa dihitung. Allah Subhanahu
wata’ala telah memuji orang-orang yang khusyuk dan mempersiapkan surga bagi
mereka. Ketika meyebutkan para lelaki dan perempuan yang khusyuk, Allah Subhanahu
wata’ala menyatakan,
أَعَدَّ اللَّهُ لَهُم
مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“Allah
telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (al-Ahzab: 35)
Seorang
yang khusyuk saat melaksanakan ibadah, niscaya akan merasakan lezatnya
berbisik-bisik dan memohon kepada Sang Khalik. Hatinya menjadi damai dan selalu
tenteram mengingat-Nya. Khusyuk dalam shalat menjadi ruh shalat tersebut, dan
shalat seorang hamba dinilai dengannya. Ada beberapa hal yang bisa membantu
hamba untuk mewujudkan kekhusyukan dalam shalat, di antaranya:
a.
Mendatangi shalat dengan tenang dan tidak terburu-buru meskipun iqamat telah
dikumandangkan dan shalat sebentar lagi akan ditegakkan.
b.
Mendahulukan menyantap hidangan apabila hidangan makanan telah disuguhkan. Hal
ini bukan berarti mendahulukan hak diri sendiri di atas hak Allah Subhanahu
wata’ala. Sebab, kekhusyukan adalah hak Allah Subhanahu wata’ala
yang akan terwujud dengan segera menyantap hidangan makanan yang telah
disuguhkan. Nabi n bersabda,“Apabila makan malam telah dihidangkan,
mulailah makan malam sebelum shalat maghrib.” (HR . al-Bukhari dan
Muslim)
c.
Berusaha memahami apa yang dibaca dalam shalatnya. Dahulu apabila melewati ayat
yang menyebutkan azab, Rasulullah n berlindung kepada AllahSubhanahu
wata’ala darinya; apabila melewati ayat yang menyebutkan rahmat Allah Subhanahu
wata’ala, beliau memohon rahmat; dan apabila melewati ayat yang mengandung
bentuk penyucian kepada Allah Subhanahu wata’ala, beliau pun bertasbih.”
(HR . Ahmad, Muslim dan Sunan yang empat dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu)
d.
Tidak menahan buang air besar dan buang air kecil.
e.
Menyingkirkan segala yang bisa mengganggu kekhusyukan dalam shalat.
f.
Pandangan diarahkan ke tempat sujud dan tidak menoleh, apalagi mengangkat
pandangan ke atas. Sebab, dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam menundukkan kepala dan mengarahkan pandangannya ke tanah ketika
shalat.
Demikian
di antara kiat-kiat untuk khusyuk di dalam shalat. Apabila seorang menjalankan
shalat dengan khusyuk, niscaya shalat yang dilakukannya akan bisa mencegah dari
perbuatan keji dan mungkar. Sesuai dengan tenteramnya hati hamba dengan Allah Subhanahu
wata’ala, setingkat itulah manusia sejuk memandangnya. Khusyuk dalam shalat
menjadi sebab diampuninya dosa, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi
wasallam,
مَا مِنِ امْرِئٍ تَحْضُرُهُ
صَلَاةٌ مَكْتُوْبَةٌ فَيُحْسِنُ وُضُوْءَهَا وَخُشُوْعَهَا وَرُكُوْعَهَا إِ
كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا قَبْلَهَا مِنَ الذُّنُوْبِ مَا لَمْ يُؤْتَ كَبِيْرَةٌ
“Tiada
seseorang yang telah sampai kepadanya (waktu) shalat wajib lalu dia membaguskan
wudhunya, khusyuk, dan rukuknya, kecuali shalat itu akan menghapus dosa yang
dilakukan sebelum shalat itu, selama dosa besar tidak dilakukan.” (HR . Muslim)
3. Jiwa
yang Tidak Pernah Puas
Tenteram
dan puasnya jiwa adalah kebahagiaan hidup yang tak ternilai. Namun, sayangnya
tidak semua orang mendapatkan kepuasan jiwa dan kehidupan yang bahagia. Harta
yang melimpah ruah\ dan jabatan yang terpandang terkadang tidak mampu
mengantarkan seorang kepada kebahagiaan hidup. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam telah menjelaskan hakikat kaya dan tenteramnya jiwa dalam
sabdanya,
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ
كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
“Kekayaan
bukanlah karena banyaknya harta, melainkan kayanya jiwa.” (Muttafaqun ‘alaih)
Andaikata
seorang ingin menuruti nafsu serakahnya terhadap dunia, niscaya habis umurnya
untuk sesuatu yang siasia. Kematian akan datang kepadanya padahal keinginan
nafsunya belum tercapai seluruhnya. Ketidakpuasan terhadap pemberian Allah Subhanahu
wata’ala akan melahirkan beberapa problem hidup yang berdampak serius bagi
kelangsungan hidup di dunia ini. Seorang yang rakus terhadap harta akan berusaha
mengumpulkan harta tanpa peduli dari jalan apa ia mendapatkannya. Dia akan
berani menabrak norma-norma agama dan melepaskan adab-adab kesopanan di
tengah-tengah masyarakat. Dia juga akan bakhil terhadap harta yang telah
didapat sehingga tidak mau berderma dan menyantuni orang yang papa dan
menderita. Orang yang seperti ini dibenci oleh Allah Subhanahu wata’ala
dan tidak disukai oleh manusia. Di antara bentuk ketidakpuasan jiwa adalah
tidak ada kepuasan dalam hal makan, minum, dan berpakaian. Untuk mengejar
kepuasan semu tersebut, terkadang seorang melampaui batas menggunakannya. Ia
berusaha memenuhi kepuasan jiwanya meski harus melanggar aturan agama dan
menyelisihi akal sehat. Sikap menerima pemberian Allah Subhanahu
wata’ala dan merasa cukup dengan anugerahnya adalah ladang kesuksesan.
Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam,
فَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ
وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللهُ بِمَا آتَاهُ
“Telah
sukses orang yang masuk Islam dan diberi rezeki yang cukup serta merasa puas
dengan pemberian Allah l.”
(HR . Muslim dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma)
Agar
seorang bisa merasa puas dengan pemberian Allah Subhanahu wata’ala, ada
beberapa faktor yang melandasinya.
a.
Melihat dari sisi takdir. Tatkala seorang telah berusaha menggapai cita-cita
dengan sepenuh semangat, dibarengi tawakal, kemudian mendapatkan hasil tidak
seperti yang dicita-citakan, hendaklah ia yakin bahwa itu adalah suratan takdir
sehingga dia ridha dengan keputusan Allah Subhanahu wata’ala. Dia
hendaknya berbaik sangka kepada Allah Subhanahu wata’ala bahwa
itulah yang terbaik baginya. Sebab, bisa jadi jika Allah Subhanahu
wata’ala melimpahkan rezeki kepadanya sesuai dengan cita-citanya, dia akan
lupa kepada Allah Subhanahu wata’ala, sombong, dan menggunakan nikmat
itu untuk bermaksiat.
b.
Melihat besarnya tanggung jawab. Besarnya nikmat menuntut banyaknya rasa
syukur. Jika diberi rezeki melimpah, belum tentu dia bisa mengungkapkan rasa
syukur kepada Allah Subhanahu wata’ala sehingga nikmat itu justru
menjadi beban baginya.
c.
Melihat orang-orang yang di bawahnya dalam hal harta dan yang semisalnya.
Dengan
demikian, dia akan mensyukuri pemberian Allah. Sebab, ternyata masih banyak
orang-orang yang lebih mengenaskan kondisinya dibandingkan dengan dirinya. Nabi
n bersabda, “Lihatlah orang yang lebih rendah dari kalian dan jangan
melihat yang lebih tinggi dari kalian. Sebab, hal itu lebih
pantas untuk kalian agar tidak meremehkan nikmat Allah Subhanahu
wata’ala yang diberikan kepada kalian.” (Muttafaqun ‘alaih)
Maksud
“melihat yang lebih rendah” adalah dari sisi harta dan kondisi keduniaan.
4.
Doa yang Tidak Didengar dan Tidak Dikabulkan oleh Allah Subhanahu wata’ala
Ini
tentu suatu kerugian besar. Sebab, hamba tidaklah mampu mendatangkan maslahat
bagi dirinya tanpa bantuan Allah Subhanahu wata’ala. Bagaimana tidak
merugi, padahal Allah Subhanahu wata’ala telah menjanjikan akan
mengabulkan permohonan hamba-Nya. Allah Subhanahu wata’ala
berfirman,
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
ۚ
“Berdoalah
kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (Ghafir: 60)
Tidak
dikabulkannya doa tidak berarti Allah l ingkar janji, tetapi hamba itu sendiri
yang belum memenuhi persyaratan diterimanya doa. Ibrahim bin Adham rahimahullah
pernah ditanya tentang ayat di atas, bahwa seseorang telah berdoa kepada
Allah Subhanahu wata’ala tetapi belum dikabulkan. Beliau menjawab,
“Engkau kenal Allah Subhanahu wata’ala, tetapi tidak mau menaati-Nya.
Engkau membaca al-Qur’an, tetapi tidak mengamalkannya. Engkau mengetahui setan,
tetapi justru mencocokinya. Engkau mengaku cinta kepada Rasul, namun
meninggalkan sunnahnya. Kau mengaku cinta kepada surga, tetapi tidak beramal
untuknya. Kau mengaku takut neraka, tetapi tidak berhenti dari dosa. Kau
mengatakan bahwa kematian itu benar adanya, tetapi tidak bersiap-siap
menghadapinya. Engkau sibuk dengan kesalahan orang dan tidak melihat kesalahan
sendiri. Engkau memakan rezeki Allah Subhanahu wata’ala, tetapi tidak
bersyukur. Engkau pun mengubur orang yang mati, tetapi tidak mau mengambil
pelajaran.” (al-Khusyu’ fi ash-Shalah hlm. 39 karya Ibnu Rajab rahimahullah)
Tiada
yang lebih bermanfaat bagi kita dari bermuhasabah (introspeksi diri).
Barangkali kita belum tulus ketika memohon kepada Allah Subhanahu wata’ala.
Bisa jadi, kita memohon dengan hati yang lalai dan bermain-main, jauh dari
keseriusan, atau tergesa-gesa ingin dikabulkan. Karena tidak kunjung
dikabulkan, kemudian kita meninggalkan doa. Hal-hal di atas adalah faktor utama
tertundanya jawaban atas permohonan kita. Jangan lupa pula, makanan, minuman,
dan pakaian yang haram juga menjadi faktor utama ditolaknya doa. Oleh karena
itu, koreksilah diri kita dan ajaklah untuk memenuhi persyaratan doa. Semoga
jawaban dari Allah Subhanahu wata’ala atas doa kita menjadi
kenyataan. Jangan pernah kecewa ketika berdoa dan tidak kunjung dikabulkan.
Sebab, doa itu sendiri adalah ibadah yang tentu ada nilainya di sisi Allah Subhanahu
wata’ala. Bisa jadi, karena Allah Subhanahu wata’ala suka
dengan rintihan hamba kepada-Nya. Seandainya segera dikabulkan doanya, bisa
jadi dia tidak lagi merintih di hadapan Rabbnya. Akhirulkalam, semoga
Allah Subhanahu wata’ala senantiasa membimbing kita kepada hal yang
bermanfaat untuk dunia dan akhirat kita, dan selalu menjauhkan kita dari segala
kejelekan.
Akhirul
kalam saya hanya bisa memohon semoga 4JJI senantiasa memudahkan langkah ini dan
meneguhkan diri ini agar tetap istiqomah dijalan yang di ridhoi-Nya untuk
mencapai tujuan yang mulia. Sebagaimana payung
yang tidak mampu menghentikan hujan, tetapi dengan payung kita mampu berdiri
didalam hujan tanpa menjadi basah. Begitu pun keyakinan tidak selalu membawa
kesuksesan tetapi ia mampu membawa kekuatan dalam menghadapi ujian untuk mencapai tujuan.
One man show
Presented by Yasir Arafat
Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari Universitas Terbuka dalam rangka memperingati HUT Universitas terbuka ke-30. Tulisan ini adalah karya sendiri dan bukan merupakan jiplakan.
bismillah
BalasHapus