Cinta Tanpa Syarat


Entah mengapa mereka memilihku menjadi Ketua Senat. Begitu Pa Tri memanggil namaku, padahal mereka tidak tahu bagaimana diriku yang hanya memiliki satu kelebihan diantara seribu kekurangan yang ada. Mungkin itulah arti sebuah nama…..
Tapi inilah yang akhirnya mempertemukan diriku dengan dirinya lebih cepat dibanding jika aku menjadi mahasiswa biasa.
                                                                            ilustrYASion

Ketua Senat B mana……? Begitu puput dengan seloroh mencari dikelasku. Itu…… temanku menunjuk kearahku. Ada apa? Jawabku singkat. Ada temanku yang ingin kenalan sama kamu?  Tawar puput         Temanmu ? Kelas A? kelas A kan dah tua-tua banget…..!!!!? jawabku spontan. eh jangan menghina dulu, datangin dulu dan lihat, baru komentar…… puput balas menjawab.
OK deh. Akupun mengiyakan permintaannya.
Aku melangkah mantap menuju kelasnya walau pikiranku tidak semantap langkahku karena penuh teka teki………apa benar…?
Inge ……. Itu namaku. Diapun memperkenalkan diri. Afath, panggil saja aku begitu.
First Impression yang terlintas
didepan mataku adalah sosok gadis yang sederhana namun cantik dan yang pasti smart banget tampangnya.
Tapi awalnya aku tidak menganggap penting perkenalan itu karena aku anggap paling Cuma nambah temen thok, alias pertemanan STD. Itu yang dimas djay bilang ketika mengomentari kontestan Indonesian Idol yang STanDar saja tidak lebih.
Ini bukan pertemanan STD, dia lebih dari sekedar itu, dan itu akan terus berlanjut. Banyak suara suara sumbang yang mengatakan bahwa aku telah jadian dengannya. Jadian ????? memang aku akui aku telah memberi lebih dibanding apa yang biasa diberi dari seseorang yang sekedar teman. Dan mungkin dia merasakannya. Dan mungkin inilah yang akhirnya menjadi bumerang bagiku. Karena dia meminta kejelasan hubungan ini.
Jujur aku merasa bersalah karena aku merasa munafik berani memberi bayangan harapan tanpa berani ber”komitmen”, mungkin dia berfikir aku hanyalah laki laki yang hanya mau beli susunya saja tanpa harus membeli sapinya. Aku tidak pernah bermaksud begitu dan tidak pernah ada niatan seperti itu. Itulah sebabnya aku tidak pernah menyepelekan perkara kecil karena kadang  darah itu kadang bisa mengalir disebabkan jarum yang kecil.
Aku hanyalah seorang lelaki akhir zaman yang dilanda dilema ditengah persimpangan masa. Disatu sisi aku takut kehilangan “teman” yang telah menjadi istimewa dan terpatri didalam hatiku, namun disisi lain haruskah aku pura-pura buta dengan apa yang selama ini aku ketahui ilmunya. Memang, kehausanlah yang selalu aku harapkan agar aku senantiasa mencari ilmu tentang dienku, yang baru setetes aku mereguknya.
Haruskah………
Haruskah aku menjalani jalinan semu yang saat ini telah banyak dilakukan orang orang kebanyakan. Aku ingin jadi satu yang beda, diantara yang ada. Bukan bagian dari kebanyakan. Alangkah bahagianya hamba, Tuhan jika aku bisa menjadi satu dari seribu  yang senantiasa meniti jalanMu, untuk meraih cinta yang sebenarnya.
Aku tidak pernah melarang dirimu untuk membukakan hatimu pada yang lain dan aku tidak akan pernah memintamu untuk menungguku, walaupun ada kemungkinan itu untuk diriku. Memang di dunia ini yang ada hanya kemungkinan, karena hanya satu  kepastian, mati.
Dan aku akan terus berharap dari hanya satu kesempurnaan yang kumiliki diantara seribu kekurangan yang ada, aku akan selalu berharap ada satu hati yang akhirnya akan berlabuh walaupun dia mengetahui seribu kekuranganku. Terurai senyuman berjuta makna dari dua bibirku yang tak lagi basah, tercipta kata kata yang tak keras terucap, Aku berlutut memohon dan berharap, akan ada nantinya wanita yang akan menyandarkan kepalanya dilenganku yang tidak kekar. Setelah menatap wajah sederhanaku, kemudian dia mengatakan “Seberapa lama lenganmu mampu kusandari?“. “Selama kedua matamu masih terbuka ketika aku menatapmu, selama itu pula lenganku akan selalu dapat kau sandari.” Itu jawabku. Karena ketika kedua matanya tak lagi terbuka, aku punya tempat yang istimewa untuknya. Jauh …………, jauh dilubuk hatiku aku berikan tempat itu untuknya. Untuknya yang memahami akan segala kekurangan dan keterbatasan yang ada pada diriku. Dan aku masih menantinya sampai saat ini, dan aku akan slalu menantinya.
Mungkin hanya kepahitan dan kepahitan lagi yang akhirnya akan selalu kurasa, tapi….
Bukankah karena ada kepahitan, yang manis jadi terasa manis.
Namun apakah untuk menikmati yang manis itu ada syaratnya…..? haruskah aku menelan pil pahit dahulu sebelum aku meminum  penawar yang manis, adakah syarat itu…..Adakah  Cinta Tanpa Syarat
Keutuhan cinta sepertinya akan selalu ternodai, bila sang pencinta tidak secara tulus mencintai seseorang dengan apa adanya. Cinta, itulah yang membuat seorang ibu rela bangun ditengah malam untuk menyusui sang bayi yang terbangun karena tuntutan perutnya dan yang membuat sang anak selalu mendo’akan kedua orangtuanya selepas shalat dan cinta pula yang membuat seorang guru tetap bernafas diantara himpitan sesak kebutuhan dibanding dengan jasanya untuk mencerdaskan permata bangsa. Itulah sepenggal kisah cinta yang terkalahkan oleh kisah cinta Romeo dan Juliet. Fitrah, itulah jawaban dari cinta. Kita tidak bisa menghindar darinya, karena semakin kita menghindar kita akan semakin dikejar. Tetapi haruskah kita mengorbankan kesucian dien kita atas nama cinta. Tidak sedikit dari kita yang terjerumus dalam kubangan dosa karena cinta, dan kita tidak memungkiri itupun terjadi pada diri kita. Tak ayal cinta dijadikan kambing hitam seorang anak untuk mendurhakai orangtuanya karena pilihan cintanya. Kalaupun cinta tidak terrestui haruskah kita mendurhakainya. Tuhan tidak hanya menciptakan satu cinta untuk diri kita. Cinta datang cinta pergi bagai bis kota, ada yang bilang begitu. Dan kita akan selalu menunggunya sampai tiba “bis” yang sesuai dengan arah tujuan kita. Itulah arti kesabaran cinta.
Sampai tidaknya kita pada tujuan tergantung diri kita untuk tetap sabar menantinya.
Untuk mencintai seseorang bukan berarti kita harus mengubah seseorang itu menjadi seperti apa yang kita inginkan. Tapi ……. Kalau kita berharap pada seseorang yang kita mencintanya untuk menjadi lebih baik, apakah kita mengubahnya ?????? Mungkin kita akan berfikir bahwa dengan itu berarti kita telah merusak keutuhan cinta karena kita tidak bisa mencintai seseorang dengan apa adanya dan karena kita mencintainya dengan syarat. Tidak itu bukan syarat, karena aku pencinta tanpa syarat. Itu hanyalah pilihan cinta.
Kadang kita memang harus memilih, walaupun pilihan kita seringkali sebenarnya sesuatu yang tidak ingin kita pilih, dan memang bukan pilihan kita. Dan akhirnya kita salah memilih.
Dan kini, aku kembali sendiri, lagi. Entah esok atau lusa nanti, entah…..
Entah sampai kapan aku sendiri. Tapi ada keyakinan yang pasti aku takkan lagi sendiri ketika telah kutemukan pilihan hati.
Dan kini hatimu pun telah memilih. Dan aku berharap dirimu tidak lagi salah memilih.
Namun, masihkah menjadi suatu anugerah bagi dirimu karena telah mengenalku? Dan masih adakah impian impian ketika kau memasakkan makanan untukku karena aku telah menjadi pendamping hidupmu? Masihkah semua itu?
Yah itulah mimpi dan anugerah. Kita sering dianugerahi mimpi mimpi yang indah, walaupun tak jarang ketika kita telah bangun, kenyataan yang ada tidak seindah mimpi semalam.
Kita tidur dengan mimpi dan bangun dengan kenyataan. Walaupun tak jarang pula kenyataan yang ada ketika kita telah bangun tidak seindah harapan. Mungkin aku bukan lagi harapan untuk dirimu, karena aku tidak bisa memberi kenyataan seindah harapanmu.
Maafkan aku karena tidak pernah bisa menjadi seperti apa yang kamu harapkan dan selalu jauh dari harapan….
Namun sebenarnya  aku memiliki harapan yang lebih jauh dari sekedar  harapan yang kamu miliki. Harapan untuk melangkahkan kaki kita bersama  untuk  sampai kesana.
Karena setiap diri kita sedang melangkah yang akhirnya akan menemukan satu batas yang harus mampu kita lewati, hingga sampai pada batas akhir yang ada.

Semua orang pasti berharap akan dapat melewati batas akhir cinta itu walaupun hanya menjadi yang kedua. Dan aku belum tahu pasti kapan akan  melewatinya. Yang aku tahu pasti batas akhir cinta itu ada, dan aku sedang melangkahkan satu demi satu kakiku kebatas itu. Walaupun dengan tertatih tatih dan tak jarang pula terjatuh, aku yakin akan tiba masa itu setelah harapan bukan lagi sekedar impian.  Dan aku berharap perjalanan cintaku akan seindah harapan dan impian yang telah kurajut rapih.

Namun dimanakah batas akhir cinta itu?
Inikah akhir dari batas cinta dari cinta yang tiada pernah berbatas?


Boundless love by yasera




SHARE

Milan Tomic

Hi. I’m Designer of Blog Magic. I’m CEO/Founder of ThemeXpose. I’m Creative Art Director, Web Designer, UI/UX Designer, Interaction Designer, Industrial Designer, Web Developer, Business Enthusiast, StartUp Enthusiast, Speaker, Writer and Photographer. Inspired to make things looks better.

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar